Drama 5 Februari 2005. Siapa pun pasti ingat peristiwa nahas tersebut. Meutya Hafid, seorang reporter Metro TV dan Budiyanto, juru kamera yang mendampinginya, disandera oleh Mujahidin Irak. Mereka diculik tiba-tiba saat sedang berhenti di sebuah POM Bensin. Seluruh bangsa pun khawatir, berdoa demi keselamatan mereka, dan mengusahakan pembebasan secepatnya.
168 jam lamanya Meutya dan Budi berada dalam sandera. Di dalam sebuah gua kecil di tengah gurun Ramadi. Tidur beralaskan batuan dan dibuai oleh suara bom dan termbakan. Di sana mereka belajar tentang kepasrahan total kepada Yang Kuasa, karena telah begitu dekatnya dengan kata “mati”. Di sana mereka diingatkan, bahwa jika Tuhan menghendaki, segalanya bisa terjadi. Dan, di sana pula mereka berdua disadarkan, betapa nyawa sangat berharga, dibandingkan berita paling ekslusif sekalipun
“…[Memoar ini] mempunyai premis: iman yang teguh sanggup mengatasi bahaya dan kesulitan. Meutya Hafid telah membuktikan premis ini secara cemerlang, dengan setting medan perang lrak yang sampai sekarang dihantam gejolak terus… saya katakan, dengan tampilnya Meutya: a star is born. Seorang bintang telah lahir.”
- H. Rosihan Anwar, Wartawan Senior
168 Jam Dalam Sandera ada disini >>
Print this page
Widget by [ Tips Blogger ]
0 Sobat Yang Komentar:
Post a Comment